Yogyakarta Surga Wisata Budaya dan Pendidikan
Yogyakarta Surga Wisata Budaya dan Pendidikan
Sepertinya Yogyakarta menjadi sebuah nama yang kisahnya tak pernah usai ditulis oleh generasi pasca-kemerdekaan sebagai sebuah tempat yang mengukir banyak kenangan. Siapapun saja yang pernah singgah dan mencicipi permukaannya akan mengatakan banyak hal indah, terlebih yang pernah hingga mendalaminya bertahun-tahun lamanya.
Sebagai kota budaya, Yogyakarta memiliki keraton, sentral dari pelestarian budaya yang karenanya banyak menjadi rujukan daerah lain dalam mengemas budaya masing-masing untuk diimplementasikan di daerah seluruh Indonesia. Tradisi budaya yang terpelihara dengan baik menjadi daya tarik tersendiri bagi siapapun saja untuk mengunjunginya. Terutama di musim liburan. Yogyakarta menjadi tempat tujuan wisata utama Indonesia setelah Bali, baik wisatawan domestik maupun asing. Belum lagi tujuan wisata alam yang lengkap, gunung dan pantainya yang menawarkan sejuta pesona. Lengkap sudah.
Sebagai kota pendidikan dengan kultur akademis yang kental, menjadikannya sebagai tempat tujuan belajar bagi siapapun saja yang menginginkan kualitas pendidikan yang bermutu tinggi. Mereka yang datang tak hanya dari sekeliling Yogyakarta, tapi seluruh Indonesia. Tak salah bila kemudian Yogyakarta menjadi semacam miniatur Indonesia yang berisi beragam suku bangsa dari seluruh wilayah nusantara.
Tidak heran bila banyak orang yang selalu ingin kembali ke sana setelah sekian lama pergi meninggalkannya. Pada momen-momen tertentu, Yogyakarta menjadi lautan manusia yang penuh sesak tak terkira. Dari jalur darat dan udara berbondong-bondong merayap memadatinya. Stasiun tugu dan Lempuyangan. sebagai sentral jalur darat kereta api. Lanud Adisucipto menjadi andalan transportasi udara dari maskapai penerbangan domestik seperti Lion Air dan kawan-kawannya. Terminal Giwangan menjadi titik utama transportasi darat antarkota antarpropinsi dibantu terminal jombor di sisi utara. Khusus Landasan udara, pemerintah telah merealisasikan dan sedang menggarap bandar udara baru di Kulonprogo sebagai upaya perbaikan infrastruktur transportasi udara yang tak mungkin diperluas untuk Adi Sucipto.
Sentra kerajinan berdiri di banyak tempat termasuk bekas terminal lama yang disulap menjadi tempat penjualan produk kerajinan para pengrajin Yogyakarta. Potensi ekonomi kreatif didukung ditumbuh-kembangkan oleh Pemerintah Daerah Yogyakarta. Titik-titik lokasi wisata baru pun banyak bertambah, pantai-pantai baru bermunculan seiring pembukaan akses menuju ke lokasi dan penataan lokasi wisata. Yogyakarta berbenah berubah banyak dalam kurun satu dasawarsa lebih.
Pembenahan di sektor infrastruktur tidak begitu saja lepas dari tempat menginap sementara semacam hotel dan losmen. Pertumbuhan homestay, hotel, losmen, juga lumayan pesat. Seiring banyaknya pendatang atau wisatawan domestik yang berkunjung, perbaikan penyediaan tempat menginap juga meningkat cepat. Baik untuk kebutuhan pendidikan maupun wisata budayanya. Daftar listing tempat tinggal sementara di Yogyakarta bisa diamati dari listing situs penyedia jasa layanan pemesanan hotel semacam Traveloka, bisa anda kunjungi di http://www.traveloka.com/hotel/indonesia/city/yogyakarta-jogja-107442. Amati perubahan lalu cermati seberapa banyak tempat menginap baru dan bandingkan dengan saat kapan terakhir kali anda ke Jogja.
Meskipun Yogyakarta di banyak titik lokasi wisata di luar kota Yogyakarta tetap belum mampu menggusur Keraton dan Malioboro sebagai sentral ikon dan magnet wisatawan. Belum sah ke Yogyakarta bila belum menjejakkan kaki di salah satu tempat tersebut. Alhasil, sebesar apapun upaya menggeser dan memperluas pesona Yogyakarta tidak akan mampu menghilangkan pesona Keraton dan Malioboro. Dampaknya bisa dirasakan betapa penuh sesaknya akses menuju kedua lokasi tersebut. Butuh regulasi baru dan tegas dalam menata moda transportasi dan pembatasan jumlahnya agar Yogyakarta yang berhati nyaman itu memang terasa nyaman baik bagi penghuni maupun pengunjungnya.
Selamat berwisata ke Yogyakarta.